Nepal: Menjadi Relawan Bersama IVHQ
Akhirnya,
setelah sibuk mengerjakan ini-itu, ketemu orang dari sini-situ dan
ngurus ini-itu, aku bisa menulis tentang pengalamanku selama di Nepal
bulan April lalu dalam rangka menjalani volunteer program (yang
seharusnya berjalan selama) sebulan. Setelah menjalani #BIJITrip tahun
lalu yang bisa dibilang cukup mewah karena menguras harta, aku ingin
bepergian ke negara yang penuh tantangan, mulai dari bahasa hingga
budaya yang sangat berbeda dan butuh penyesuaian yang tidak mudah.
Karena itulah aku memilih Nepal, yang tidak jauh dari Indonesia. Dari
Jakarta ke Kathmandu via Kuala Lumpur dengan pesawat ditempuh dalam
waktu total selama 7-8 jam, tergantung lamanya transit di Kuala Lumpur
dengan maskapai Malaysia Airlines. Aku sengaja memilih penerbangan subuh
agar tiba di Kathmandu siang hari.
Setibanya
di Kathmandu International Airport aku dijemput oleh perwakilan dari
IVHQ, di hari kedatangan yang sama denganku, aku menuju akomodasi
bersama Ammar (Jeddah), Max dan ibunya (Sydney). Kami berkenalan dan
bercengkrama selama perjalanan. Ammar adalah seorang dokter di sebuah
rumah sakit di West Virginia, sedangkan Max dan ibunya mengisi waktu
libur Max dengan mengambil volunteer trip bersama sebagai "Quality
Time". Semua relawan yang mengambil periode bulan April pertengahan
berjumlah 20 orang.
(foto
kiri) IVHQ Nepal mid April: Australia, The U.S, England, Canada,
Indonesia, China, Saudi Arabia and Sri Lanka. (foto kanan) Boudhanath
Stupa di Kathmandu Valley.
Kami
semua berkenalan di hari pertama orientasi di mana kami harus belajar
bahasa Nepal beserta kebudayaannya. Sebelum itu, beberapa dari kami
berjalan-jalan menuju Durbar Square di pagi hari. Teman sekamarku
berasal dari Melbourne, bernama Andi Trosell. Dia mengambil program
mengajar bahasa Inggris di Nepal dan di India, masing-masing selama
sebulan. Relawan termuda adalah Phoebe, dari Brighton, dan yang tertua
adalah Debby, dari Chicago. Kami menjalani orientasi selama 5 hari dan
untuk berjalan-jalan ke tempat wisata, kami didampingi oleh Rajesh
Thapa. Untuk orang Nepal, bahasa Inggris Rajesh cukup bagus, hanya saja
logat Nepalnya membuat kami sulit mengerti ucapannya.
Aku, Kendra Belleville (Canada), Shirley Lyu (China - California) dan Jenning Gan (Malaysia - Canada).
Sangat
disayangkan dua hari sebelum kami semua berpencar ke daerah sesuai
masing-masing program yang kami ambil, cuaca di Kathmandu tidak begitu
bagus tetapi kami semua menikmatinya karena ini pertama kalinya kami
bepergian ke Nepal.
Hari
Kamis, tanggal 23 April. Aku, Jenning Gan dan Shirley Lyu ditugaskan di
tempat yang sama, yaitu di Annapurna Self-sustain Orphan House di
Pokhara. Jarak dari Kathmandu ke Pokhara kurang lebih 208 km dan kami
pergi ke sana dengan menggunakan bus, perjalanan memakan waktu selama 7
jam dengan dua kali berhenti untuk makan siang dan istirahat. Bus yang
kami tumpangi cukup nyaman. Beruntung cuaca saat itu tidak terlalu panas
sehingga kami membuka jendela untuk menghirup udara segar selama
perjalanan. Aku dan Shirley duduk bersebelahan dan sesekali bertukar
tempat duduk agar tidak bosan, kami ngobrol banyak tentang pendidikan,
hobby dan alasan untuk mengikuti program relawan ini.
Sebagian "peralatan tempur" yang aku bawa di tas punggung.
Karena
aku mengambil program relawan selama sebulan, bawaanku tidak sedikit.
Apalagi aku berniat untuk mengambil foto yang banyak di Nepal. Sebagai
(penggiat fotografi dan) seorang fotografer, aku membawa:
- 1 body DSLR
- 1 pocket camera
- 1 GoPro
- 3 lensa untuk DSLR: 20mm f/2.8, 35mm f/1.4 dan 50mm f/1.8
- Tripod
Terkadang, untuk hasil yang maksimal butuh usaha yang maksimal pula (bersambung)
0 comments