• Home
  • About Me
    • Link Url
      • Example Menu 1
  • Stories
    • Memory
  • Travel
  • Contact Me

Inside Monochrome

A photo blog about travel, volunteer experiences and personal life by Nuri Arunbiarti

Kencan adalah salah satu tahap pendekatan (bahkan pacaran) yang dilakukan oleh laki-laki, perempuan juga boleh sih, tergantung siapa yang lebih berinisiatif, bukan yang lebih gregetan ngabisin duit. Berhubung teman laki-lakiku lebih banyak, suatu hari aku iseng menananyakan soal "Siapa yang bayar saat kencan?" ke mereka.

Biasanya, kencan meliputi makan, nonton dan ngopi (atau ngebir). Yaaah tambahannya paling pergi ke Seaworld atau Dufan. Ngga ada yang salah pergi ke taman ria khan? Toh semua orang punya sisi kekanak-kanakannya meskipun jarang ditunjukkan. Laki-laki yang sudah mapan secara keuangan cenderung mengeluarkan uang saat kencan atas keinginannya, untuk makan dan nonton, meskipun ngga semua perempuan suka dibayarin semuanya. Mengapa begitu? Untuk perempuan yang juga mapan secara keuangan dan mandiri dalam kehidupan sehari-hari, cenderung lebih pandai dalam mengatur keuangannya untuk kebutuhan dan keinginan. Ngga sedikit teman laki-laki yang aku diajarkan oleh orang tuanya untuk mengeluarkan uang saat kencan karena nantinya ketika berumah tangga, laki-laki lah yang akan menafkahi perempuan. Mungkin bapakku juga mengajarkan demikian ke kakak dan adikku (mereka berdua laki-laki), tetapi bapakku ngga mengajarkan aku untuk selalu mau ditraktir atau dibayari apapun oleh gebetan atau pacar karena menurut beliau, selama aku belum menikah, aku masih tanggung jawab bapak dan segala pengeluaran beliau atau aku yang tanggung. Untuk perihal keinginan seperti kosmetik dan ngebir, aku lebih memilih untuk mengeluarkan uang sendiri. Begitu juga dengan traveling, aku lebih memilih untuk mengeluarkan uang sendiri karena termasuk kebutuhan sekunder. Siapa sih yang ngga butuh liburan meskipun ngga jauh dan ngga mahal-mahal amat?

Ngga sedikit juga koq cowok yang merasa harga dirinya atau egonya direndahkan cuma karena pasangannya ngga mau dibayarin atau ditraktir, dan pasangannya lebih memilih split bill atau 50:50. Karena apa? Karena menurut aku sendiri, mengeluarkan uang sepenuhnya belum tanggung jawab pasangan (laki-laki) meskipun sudah mapan. 

Selain karena mandiri dan mapan, ada kekhawatiran akan rasa perhitungan. Ngga lucu aja khan kalau udah dibeliin ini itu meskipun kita ngga minta, ujung-ujungnya diminta balik karena ngga ikhlas? Entah itu setelah ditolak atau putus. 

Menurut pengalamanku sejauh ini, ada cowok yang merasa minder karena aku lebih memilih 50:50 saat kencan, tapi ada juga yang merasa tertantang bahkan biasa aja. Jangankan minta, pinjem duit untuk beli Chatime karena aku ngga ada uang kecil aja segannya setengah mati dan bakal aku ganti dengan segera. Ngga ada yang salah dengan itu khan?

Oke, masuk ke soal kencan ideal. Ngga semua orang suka kencan yang hanya makan dan nonton, biasa? Biasa banget. Untuk aku sendiri, aku lebih suka kencan yang lebih banyak waktu untuk ngobrol biar mengenal lebih dalam satu sama lain. Entah sambil ngopi atau ngebir. Ngga banyak cowok yang suka sama cewek ngebir. Aku pernah mengalaminya. Tahun lalu aku sempat dekat dengan teman lama, cerita lengkapnya ada di sini. 

Si monyet ini adalah satu dari sekian cowok yang menganggap aku biasa saja, sebagai orang yang sering dipuji "pintar", "menarik", dan sejenisnya, laki-laki macam dia membuatku tertantang karena dia menganggapku BIASA SAJA. Setelah saling mengetahui bahwa kami suka ngebir dan mengagumi penulis yang sama, barulah kami juga saling mengenal lebih dalam, kami lebih memilih ngobrol banyak dengan waktu yang kami punya. Dan dia bukan tipe laki-laki yang memuja perempuan, dia bodo amat aku pulang sendirian naik ojek online malam-malam karena dia percaya aku bakal baik-baik saja, kecuali dalam keadaan tipsy dan mabuk, itu pengecualian. Dan dia bukan tipe laki-laki yang mengeluarkan dompet duluan untuk membayar semua makanan atau tiket nonton di saat kami menghabiskan waktu bersama. Bahkan ketika kami kencan menggunakan mobilnya, tanpa rasa segan dia memintaku untuk bayar bensin setengahnya. Aku hanya bisa bengong. Bengong karena takjub, ada lhooooo laki-laki yang nodong aku dengan santainya, bukan karena dia ngga punya uang atau ngga modal, tapi karena memang sudah sepatutnya segala yang kami beli dibagi dua. Aku sendiri lebih suka pacaran yang benar-benar dimulai dari pertemanan biar merasa nyaman, karena pacaran bukan melulu soal perasaan sayang dan cinta. 

Kembali soal kencan ideal, selain menghabiskan waktu dengan ngobrol sambil ngopi atau ngebir, aku lebih suka menghabiskan waktu bersama dengan pergi ke museum atau pertunjukan musik. Kalau kalian bagaimana? Share you thoughts!


Wrote by Insidemonochrome
Kalau aku punya waktu yang agak lama, mungkin aku akan menghabiskan waktu di Bandung agak lama. Ungkapan "Bandung diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum" mungkin ada benarnya. Menghabiskan masa kuliah di Jatinangor selama tujuh tahun nampaknya meninggalkan kesan tersendiri buatku, keinginan untuk selalu kembali ke Jatinangor dan Bandung selalu ada, entah karena teman-teman yang tinggal di sana, atau karena kuliner yang punya cerita sendiri. Aku selalu memilih hari kerja untuk berkunjung ke Bandung karena potensi macetnya tidak terlalu tinggi. 

Setiap kali aku ke Bandung, aku pasti menghubungi Novena Gisela (biasa aku panggil Gisel) dan kami pertama kali bertemu dan berkenalan di kegiatan relawan Ruang Berbagi Ilmu (RuBI) di Natuna. Kami menghabiskan waktu dengan ngopi di Kopi Katong yang notabene adalah milik Ridho Slank dan Ello, heboh sendiri karena menunya sangat berbeda dari coffee shop yang lain karena identik dengan makanan khas Ambon, dan bertemu dengan Jundi Aziz sebagai fotografer dadakan kami di sana. Makasyeh Jundaaaaaay! Oh ya, kami beli sendal sepatu di Hijack Sandals dan percayalah, ini bukan promosi bayaran tapi testimoni tulus dari hati karena makanan dan kopinya sangat enak di lidah, dan sendal yang kami beli pun sangat enak dipakai.



Gisel bekerja sebagai marketing komunikasi di sebuah homestay di Bandung bernama Selaras yang lokasinya menurutku sangat enak karena dekat dengan pusat kota dan akses untuk mencari makan di luar pun gampang. Bentuk penginapan dan kamarnya serasa seperti rumah sendiri karena memiliki tampilan yang beda di dalamnya. Aku memilih kamar standar yang berada di lantai dua, terdiri dari satu kasur single dan satu kasur double. Cocok nih buat geng Shabu Julid yang isinya bertiga, pasti heboh 😂







Menu makanan yang ada di restorannya terbilang cukup sederhana tapi memuaskan yang mana membuat penginapan ini benar-benar terasa seperti rumah. Karena aku pecinta roti dan telur, maka menu Bread with Poached Egg lah yang aku pilih. Yuuuummy!


Selain itu, kopi yang aku pilih sebagai pendamping sarapan juga berbeda, yaitu kopi dengan campuran sedikit rempah-rempah yang membuat rasanya unik sebagai kopi untuk memulai hariku di Bandung. Selain Bread with Poached Egg, ada juga Bihun Goreng dan Potato Wurst Egg. Harganya? Masih menyesuaikan isi dompet kalian, jangan khawatir. Rasanya? Cukup sebagai pembangkit mood kalian di pagi atau siang hari. 



Selain untuk bersantai, Selaras sering dijadikan tempat diadakannya berbagai macam acara termasuk acara resepsi pernikahan yang sederhana seperti yang aku lihat di Instagramnya Finna, seorang ibu terkece se-Bandung Raya yang biasa dipanggil "Ambu". Kalau kalian punya rencana untuk staycation, kalian bisa cek Selaras Guest House and Restaurant di sini. Selamat staycatioooooon~

Lokasi Selaras Guest House and Restaurant:
Jl. Tm. Cibeunying Sel. No.45, Cihapit, Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40114Telepon: (022) 7213681.

Wrote by Insidemonochrome
Newer Posts Older Posts Home

Nuri Arunbiarti Moeladi

Nuri Arunbiarti Moeladi
Please don't get envious just because I travel a lot. Music concert photographer and small part of @Salihara

Popular Posts

  • Tujuh Jam Di Udara dan Sydney Tanpa Kesedihan
    Kamis, 23 Februari. Saya dapat flight tengah malam untuk kesekian kalinya, berangkat dari rumah sekitar jam setengah 8 malam karena harus...
  • Panduan Singkat Untuk Travel Writer Bagian Fotografi
    Di bandara Sydney, saya menemukan toko buku Lonely Planet dan membeli buku Lonely Planet's Guide To Travel Writing. Setelah membaca beb...
  • Bervakansi Dalam Dinding Dia.Loe.Gue
    Baru beberapa menit setelah saya hadir di Dia.Loe.Gue, saya merasakan atmosfir ceria di dalamnya karena banyak anak - anak. Mereka bermain ...

Blog Archive

  • ►  2020 (1)
    • ►  October (1)
  • ▼  2019 (7)
    • ►  October (2)
    • ►  July (1)
    • ►  April (1)
    • ▼  February (2)
      • Kebijakan Kencan: Laki-Laki vs Perempuan
      • Selarasnya Bandung Bagaikan Rumah
    • ►  January (1)
  • ►  2018 (17)
    • ►  December (4)
    • ►  October (2)
    • ►  August (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (3)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2017 (10)
    • ►  July (3)
    • ►  June (2)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2016 (11)
    • ►  November (3)
    • ►  October (1)
    • ►  September (2)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  March (2)
  • ►  2015 (6)
    • ►  October (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2014 (12)
    • ►  December (5)
    • ►  April (3)
    • ►  March (4)
  • ►  2013 (11)
    • ►  December (1)
    • ►  October (2)
    • ►  September (1)
    • ►  April (2)
    • ►  March (2)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2012 (13)
    • ►  December (4)
    • ►  November (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  February (3)

Categories

Traveling Photos Photography Photowalk Volunteer Article Friendship Music Love Life Review Beauty Fashion hair make up salon

FOLLOW MY @INSTAGRAM

Copyright © 2016 Inside Monochrome Revamp by SiMunGiL Designed by SiMunGiL